Bagi banyak mahasiswa di perguruan tinggi, fokus utama mereka adalah pada kegiatan akademik. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Melan Yustina Pigai, yang sering dipanggil dengan sebutan Melan. Selain mengejar gelar mahasiswa, ia juga aktif dalam bertani. Sejak kecil, Melan telah belajar bertani dari kedua orangtuanya di Kampung Mandidi, Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire. Cara bertani yang dipelajari dari orangtuanya adalah metode konvensional yang melibatkan perpindahan dari satu lahan ke lahan lainnya. Kadang-kadang, hasil kerjanya tidak selalu sebanding dengan upaya keras yang telah dia lakukan.
Pada awal masa pandemi COVID-19, ketika banyak aktivitas yang dibatasi, Melan berinisiatif untuk menanam tanaman hortikultura di kebun dan lahan pekarangan rumahnya, dengan dampingan dari petugas lapangan (TFO) Yayasan Bina Tani Sejahtera. Ia memutuskan untuk mencoba menanam tanaman tomat dan cabai rawit. Dengan tekun, Melan mulai belajar dari proses pembibitan, persiapan lahan, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, hingga saat panen. Dari 2.500 populasi tomat yang ia tanam, Melan mendapatkan penghasilan sebesar Rp 10.000, sedangkan dari tanaman cabai rawit ia meraup Rp 11.000.
“Hasil dari panen sayuran saya gunakan untuk biaya kuliah saya. Saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena telah berkesempatan untuk bertemu dengan pendamping dari YBTS. Melalui mereka, saya memperoleh pengetahuan yang berharga tentang cara bertani yang baik dan benar,” ujar Melan dengan rasa terima kasih.