Kelompok Tani Niri Kalebu, terbentuk pada September 2021 dan dikukuhkan pada Februari 2022, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui kegiatan pertanian. “Niri Kalebu” dalam bahasa Sumba memiliki makna “Bernaung di Bawah Pohon Besar”, mencerminkan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, penyuluh pertanian, lembaga swadaya masyarakat, dan institusi lain yang memiliki visi sejalan. Agustinus Billi Tanggu, yang akrab disapa Bapak Ayu merupakan seorang ketua kelompok tani Niri Kalebu. Ia memiliki komitmen untuk terus belajar dan tumbuh bersama komunitas yang lebih berpengalaman. Dengan bimbingan dari petugas lapang (TFO) YBTS, Koordinator serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Wewewa Barat melalui program Peningkatan Mata Pencaharian Pertanian melalui Pendekatan Terpadu (PERMATA), kelompok tani ini memperoleh pengetahuan dalam budidaya hortikultura, perencanaan usahatani, peluang pasar, dan penyesuaian tanaman sesuai musim.
Bapak Ayu bersama anggota kelompok tani Niri Kalebu yang berhasil menanam 1.600 pohon cabai rawit varietas Dewata 43 merasa yakin dengan pencapaian tersebut. “Kami sukses menyelenggarakan acara panen perdana pada Oktober 2022 yang dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bupati Sumba Barat Daya, dan Direktur Utama Bank NTT,” cerita Bapak Ayu dengan bangga. Dari hasil panen tersebut, mereka berhasil mendapatkan sekitar Rp 10.000.000 dengan harga jual Rp 20.000/kilogram. Hal ini menjadi tonggak kesuksesan dan memacu mereka untuk mengandalkan tanaman hortikultura sebagai mata pencaharian utama. Setiap anggota mulai mengembangkan lahan masing-masing dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti cabai, paria, tomat, buncis, kacang panjang, dan sayuran daun. “Kami menjual hasil panen dari kebun kami setiap dua kali seminggu di pasar Wee Wula, Kecamatan Wewewa Selatan dan Pasar Waimangura, Kecamatan Wewewa Barat, dan dari hasil penjualan tersebut, kami bisa memperoleh Rp 1.000.000 setiap minggunya,” tambah Bapak Ayu.
Tentu saja, setiap usaha tani tidak luput dari kendala maupun tantangan, terutama dalam memenuhi permintaan pasar. Untuk mengatasi hal tersebut, YBTS menghubungkan kelompok ini dengan Bank Mandiri melalui pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejumlah 80 juta rupiah. Dana tersebut digunakan untuk membeli benih, pupuk, pestisida, membangun infrastruktur penampung air, dan segala yang mendukung usaha pertanian berkelanjutan. Hasil panen yang menguntungkan memberikan dampak positif terhadap perubahan ekonomi keluarga. Anggota kelompok dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari serta membiayai biaya sekolah anak-anak. “Keberhasilan ini bukan hanya memberikan kami keuntungan finansial, tetapi juga telah meningkatkan kualitas hidup kami,” ungkap Bapak Ayu bangga.