Menjembatani Pengetahuan, Melintasi Batas: Memberdayakan Petani Muda

Uploaded

Menjembatani Pengetahuan, Melintasi Batas: Memberdayakan Petani Muda

Program Let’s Grow!, didukung oleh Ganesha Foundation dan dilaksanakan oleh Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS), telah mengubah kehidupan petani muda di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui kombinasi Praktik Pertanian yang Baik (GAP) dan pelatihan keterampilan hidup (Life Skills). Pekan lalu, program ini menerima kunjungan dari tim East West Seed Knowledge Transfer (EWS-KT), memberikan kesempatan untuk menampilkan keberhasilan program dan bertukar wawasan. EWS-KT bekerja sama dengan YBTS secara erat, khususnya dalam materi teknis, metodologi pendampingan, dan manajemen data,

Kunjungan dibuka dengan presentasi dan diskusi, dimana perwakilan EWS-KT, Sylvie Desilles (Sustainable Growth and Development Manager), Girlie Frando (Farmer Extension Manager), Atikur Rahman (Knowledge Transfer Manager, Bangladesh), Nonin Chho (Knowledge Transfer Manager, Cambodia), Mar Lar Soe (Knowledge Transfer Manager, Myanmar), and Lysette Lacambra (Technical Support Hub Manager), memberikan wawasan mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh petani muda. Tim Let’s Grow! menyoroti tantangan khusus di Nusa Tenggara Timur, seperti akses lahan yang terbatas, rendahnya komitmen pemuda terhadap pertanian, dan dampak cuaca terhadap tanaman. Transfer pengetahuan ini membuka jalan untuk membahas sesi praktis pada hari selanjutnya.

Pembelajaran Langsung dan Manajemen Keuangan  

Sorotan utama dari kunjungan ini ialah pelatihan ulang (refresher training) bagi peserta muda Let’s Grow! di Desa Ponain, yang dipimpin oleh Andhika Subnafeu, Life Skill and Inclusion Officer, and Febrianus Mado, Senior Technical Field Officer (TFO). Sesi ini berfokus pada manajemen keuangan dan teknik GAP. Para petani muda menjelaskan bagaimana mereka belajar tentang pentingnya menabung, reinvestasi, dan memprioritaskan pengeluaran melalui program ini. Mereka didorong untuk mempertimbangkan perencanaan keuangan jangka panjang, termasuk investasi seperti membeli sapi atau perhiasan, untuk potensi pendapatan di masa depan. Diskusi arus keuangan dalam program ini juga mendorong pemuda untuk mempertimbangkan manajemen resiko dan ketahanan.

Sesi pelatihan juga meliputi sesi tanya jawab dengan rekan-rekan EWS-KT yang bertanya tentang minat pemuda dalam keterampilan hidup, startegi menabung, dan aspirasi mereka. Para pemuda menunjukkan antusiasme dalam manajemen uang, melihat peningkatan pendapatan sebagai motivasi untuk menabung dan berinvestasi di masa depan mereka. Selain itu, mereka menekankan pentingnya menulis buku catatan produksi mereka untuk memastikan bahwa kegiatan pertanian mereka terdokumentasi dengan baik, memungkinkan mereka untuk melakukan perbaikan dalam menanam sayuran.

Mengembangkan Keterampilan dan Rencana Masa Depan 

Perhentian berikutnya adalah desa Tesbatan yang menghadirkan pelatihan ulang (refresher) yang berfokus pada GAP. Para petani muda dalam sesi ini juga berbagi pengalaman, menjawab pertanyaan, dan berbagi pemahaman mengenai GAP. Mereka juga menjelaskan minat mereka dan tujuan masa depan dari program ini. Mereka menekankan rasa kebersamaan dan dukungan di antara peserta program, yang memotivasi keterlibatan mereka yang berkelanjutan dalam program ini. Kegiatan ini dipimpin oleh Adyanto, Market Access and Connectivity Officer, dan Tio Ruth Octania, TFO. Menyantap hidangan lokal menjadi penutup dari kegiatan ini.

Di Soe, kunjungan dimulai dengan diskusi yang melibatkan petani muda, pemimpin adat, dan anggota komunitas lainnya, yang berfokus pada tantangan pertanian seperti akses lahan, kualitas tanah, rotasi tanaman, pengendalian hama, dan akses pasar. Mengenai akses pasar, Market Access and Connectivity Officer di Kabupaten Soe dan Kupang (yang mencakup desa Ponain dan Tesbatan) berperan penting dalam meningkatkan persaingan pasar dengan memberikan pembaruan harga mingguan dan informasi tentang pedagang lokal. Selama diskusi, para pemuda secara terbuka membagikan aspirasi mereka dalam bertani, termasuk mendirikan usaha pertanian, menabung untuk pernikahan, dan membangun rumah.

Kunjungan ini juga mencakup kunjungan ke enam demplot menampilkan tanaman dan praktik pertanian yang berbeda. Enam demplot tersebut menawarkan pandangan langsung tentang tantangan yang dihadapi petani dan menyoroti solusi inovatif seperti “buddy system”. Dengan sistem ini, petani muda dapat mengelola solusi lahan yang bersebelahan secara kolaboratif, tidak hanya mendorong satu sama lain namun juga mempromosikan transfer pengetahuan. Demonstrasi praktis juga disampaikan oleh rekan-rekan EWS-KT terkait dengan hama dan penyakit tanaman serta manajemen kelembaban tanah di lahan yang semakin memperkaya pengetahuan para petani muda.

Dampak Pelatihan GAP dan Keterampilan Hidup 

Kunjungan diakhiri dengan sesi brainstorming dan perencanaan tindakan, menekankan perlunya menerjemahkan modul onboarding pemuda Let’s Grow! Ke dalam Bahasa Inggris untuk adopsi yang lebih luas. Fokus utama termasuk pelatihan keterampilan hidup, media sosial dan digitalisasi, buddy system, dan dukungan pemerintah.

Kunjungan tim EWS-KT ke program Let’s Grow! di Nusa Tenggara Timur menyoroti dampak perubahan dan integrasi pelatihan GAP dan keterampilan hidup. Melalui pembelajaran berkelanjutan, keterlibatan komunitas, dan kerangka kerja yang mendukung, program ini memberdayakan petani muda untuk mencapai kesuksesan luar biasa dan meletakkan dasar untuk pembangunan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut. Kunjungan ini juga menginspirasi para petani muda dan memotivasi mereka untuk semakin meningkatkan produktivitas.

Other Pengembangan Pemuda